Desa Penyarang, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang — Di tengah kehidupan desa yang penuh warna, masyarakat Desa Penyarang aktif mempertahankan tradisi budaya yang menjadi simbol keberagaman sosial dan kebersamaan antar komunitas adat di wilayahnya. Salah satu tradisi yang menjadi sorotan adalah Upacara Adat Menjangkap Buah, sebuah ritual budaya yang hanya ada di Kabupaten Ketapang dan dijalankan secara turun temurun oleh masyarakat adat Dayak Jelai Sekayoq di Desa Penyarang.

Upacara adat ini digelar pada setiap musim buah, ketika beragam buah lokal seperti durian, malui, kusik, dan mentawa mencapai masa panennya. Masyarakat bersama keluarga dan tetangga berkumpul di kebun atau hutan untuk panen buah secara tradisional sambil merayakan hasil alam yang melimpah. Ritual ini tidak sekadar kegiatan panen, tetapi juga menjadi momentum berkumpulnya generasi tua dan muda saling berbagi cerita, pengalaman, dan pengetahuan budaya. Pada pelaksanaan upacara yang lalu, Sekretaris Daerah Kabupaten Ketapang, Alexander Wilyo, hadir di tengah masyarakat desa dan menyampaikan apresiasi atas usaha keras warga dalam menjaga adat istiadat ini tetap hidup. Ia menekankan pentingnya tradisi sebagai warisan budaya tak benda yang memperkuat rasa kebersamaan dan identitas lokal serta mendorong agar upacara ini terus dilestarikan sebagai bagian integral dari masyarakat Desa Penyarang.

Partisipasi aktif masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang dalam upacara ini menunjukkan bagaimana keberagaman sosial di Desa Penyarang dirayakan melalui tradisi yang mengikat hubungan antarwarga. Hari itu bukan hanya tentang panen buah, tetapi juga tentang kebersamaan, gotong royong, dan saling menghormati antar generasi serta kelompok sosial. 

Tradisi menjangkap buah tidak hanya menjadi tontonan menarik bagi penduduk desa lain, tetapi juga memiliki nilai edukatif tinggi, mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menjaga nilai budaya, menghormati lingkungan alam, serta memupuk rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Keberagaman bukan hanya soal perbedaan yang hidup berdampingan, tetapi tentang bagaimana setiap tradisi, seperti adat menjangkap buah, menjadi jembatan yang menyatukan masyarakat dalam semangat toleransi, kebersamaan, dan harapan untuk masa depan yang lebih harmonis.